Cerita Dewasa Teman Wanita Ku Yang Telanjang

Cerita Dewasa Teman Wanita Ku Yang Telanjang
Cerita Dewasa Teman Wanita Ku Yang Telanjang
Cerita Dewasa Teman Wanita Ku Yang Telanjang - Saat kelulusan hampir tiba, beberapa bulan ke depan mungkin aku sudah menjadi mahasiswa, tapi itu tidak begitu aku pikirkan, karena yang penting adalah ujian kelulusan, atau lebih dikenal dengan EBTA dan EBTANAS. Karena jika belajar dengan serius sekarang, nanti saat ujian masuk perguruan tinggi, kita akan lebih ringan belajarnya. Itu prinsipku.



Dan aku punya pengalaman menarik sebelumnya, Seperti biasanya menjelang ujian, seluruh murid diwajibkan untuk melunasi semua tunggakan, karena bukan hal aneh di sekolahku, jika ada yang menunggak SPP atau uang bangunan, bukan karena tidak mampu membayar, karena rata-rata yang bersekolah di sekolahku, orang tuanya cukup mampu untuk membiayai. Dan jika ada yang menunggak itu mungkin dikarenakan uang yang telah orang tua mereka berikan untuk SPP dan lain-lain mereka pakai untuk hura-hura.


Dan itu terjadi pada teman sekelas Winny pacarku, namanya Vella, ia menurut Winny punya tunggakan SPP dan uang bangunan yang cukup besar, dan dia tidak berani bilang pada orang tuanya karena sebenarnya uang itu sudah mereka berikan beberapa bulan yang lalu, katanya sih sampe 1 jutaan, aku sendiri cukup terkejut, karena untuk SMU, uang segitu bukan jumlah yang sedikit.


Vella sebenarnya ingin pinjam pada Winny pacarku, tapi karena Winny sendiri tidak punya uang, kemudian Winny menceritakan hal itu padaku, dengan maksud agar aku dapat memberikan pinjaman pada Vella.


Awalnya aku bersedia meminjamkan dengan sukarela, tapi entah kenapa belakangan pikiranku jadi ‘ngeres’, lagian biar jadi pelajaran untuk Vella, bahwa tidak gampang cari duit. Orang tuaku sendiri, walau bisa dibilang cukup mampu, selalu mengajarkan hal itu, walaupun mereka telah mendepositokan uangnya untukku, agar tiap bulan bunga depositonya bisa aku tabung atau aku gunakan bila perlu.


Entah berapa jumlah uang yang ayahku depositokan, tetapi yang jelas secara otomatis, setiap bulan saldo di rekeningku bertambah, apalagi beberapa bulan belakangan, setelah kerusuhan Mei, (yang katanya bunga bank naik tinggi) entah berapa, yang jelas setiap bulan saldoku bertambah sebanyak 300 ribuan. Saat itu saldoku memang cukup banyak untuk ukuran anak sekolah, karena untuk sehari-harinya aku tetap diberi uang jajan secara bulanan, jadi jika tidak perlu-perlu sekali aku tidak perlu ambil dari tabungan. Kerajaan Movie 

Maka setelah kupikir-pikir, akhirnya aku telepon Winny, minta agar Vella menemuiku langsung, agar semuanya jelas kataku, jadi bukan Winny yang pinjam, tapi Vella


Vella memang dikenal cukup gaul, modis karena badannya memang bagus dan wajahnyapun cantik, kulitnya putih. Tapi mungkin karena pergaulanya yang salah, (karena banyak selentingan kalo dia itu pecun istilah sekarang, kalo dulu sih sebutannya perek), dia jadi seperti ini. Aku sendiri sih tidak pernah ambil pusing sebelumnya, tapi sekarang lain cerita.


Saat aku sedang berfikir, apa yang akan aku lakukan padanya sebagai pelajaran buatnya, sekaligus memuaskan hobbyku yaitu senang melihat cewek memamerkan tubuhnya, dan melihat wanita yang merasa dipermalukan di depan orang banyak. (mungkin ini adalah trauma masa kecilku yang pernah dipukul oleh ibuku, begitu sih yang aku dengar). Karena walaupun aku sadar akan adanya perbedaan di dalam diriku, tapi aku belum pernah ke psikiater, karena itu kuanggap hanya fantasiku semata. Dan lagi pula apa yang salah dengan sekedar berfantasi.


Tiba-tiba pintu kamarku diketuk.

“Ya.. Siapa!”

“Saya Mas.., Toni”. Oh..

Ternyata Toni pembantu di rumahku. Kami punya dua pembantu laki-laki di rumah ini.

“Ada telepon buat Mas William!” teriaknya dari balik pintu.

“Ya.. Aku turun” jawabku.

Kemudian aku turun ke ruang baca, karena di sanalah telepon diletakan, di sebelah kiri sofa besar. Ternyata. Yang telepon adalah Vella.

“Hallo William ya..?, ini Vella”, katanya.

“Ya.. Ada apa ya..?!”, jawabku.

“Nggak tadi Winny telepon, kasi tau katanya kamu bisa pinjemin aku duit buat bayar SPP?!” sambungnya.

“Oh.. Iya, tapi berapa?!, soanya kalo banyak-banyak aku juga gak punya, tapi terus aku dapet imbalan apa nih..?!”, pancingku.

“Terserah kamu deh, apa aja boleh!” jawabnya setelah terdiam beberapa saat. (mungkin dia mikir dulu)

“Soalnya kepepet nih, buat bayar SPP, aku butuhnya sih 750 ribu, tapi kamu adanya berapa?!, ntar kalo kurang aku bisa pinjem ke temen yang lain”, sambungnya.

“Nggak kok, kalo segitu aku juga ada, tapi aku minta imbalan dan jaminan lho”, jawabku memastikan.


“Ntar kalo kamu gak balikin duitku gimana?! Aku rugi dong!”, lanjutku.

“Jaminan apa. Aku kan gak punya apa-apa?!”, tanyanya kebingungan.

Sepertinya ia takut gak bisa dapet pinjaman uang dariku.

“Terserah kamu aja deh, apa imbalan dan jaminannya!” katanya lagi, dari nada suaranya terdengar kalau dia sudah putus asa.

Tiba-tiba aku dapat ide brilian.

“Gini.. Tapi itu kalo kamu mau, kalo nggak juga gak apa-apa, tadi katamu terserah aku, sebagai imbalanya, aku minta nanti sore kamu ke sini, tapi aku minta kamu hanya pake seragam sekolah, jangan pake daleman lagi, jangan pake bra ataupun CD dan buka dua kancing atas bajumu, awas kalo tidak, karena aku akan memantaumu!!” jelasku. Nonton Bokep 

“Dan sebagai jaminannya aku ingin foto-foto kamu dengan pakaian minim, sexy, pokoknya seadanyalah!”. Jawabku lagi.

Sekali lagi dia terdiam. Kali ini cukup lama.

“OK.. Gini, kalo kamu masih ragu, untuk 1 roll film aku kasih kamu 400 ribu, jadi 2 roll kamu dapet 800 ribu”

“Aku janji gak akan aku sebarin, cuman untuk jaminan aja, tapi kalo kamu gak mau bayar, ya terpaksa aku sebarin ke temen-temen sekolah atau aku jual aja itu foto-fotomu, Gimana..?!” jawabku menjelaskan, sambil meminta kepastian.


“Mmhhmm.. Gimana ya..?!”

“Tapi kamu janji gak akan kamu sebarin kan..?!!” tanyanya memastikan.

“Nah kena nih!” batinku.

“Iya aku janji, tapi kalo kamu gak bayar, ya itu lain soal.

“Ok deh.. Ntar sore aku ke rumahmu!” akhirnya dia menyetujuinya.

Rumahku sore itu sepi, orang tuaku sore hari itu sedang ke Surabaya naik kereta api, itulah sebabnya mengapa ia kusuruh datang sore itu, sedang kedua pembantuku pasti tidaak berani mengusikku, lagi pula sore begini kalau kebetulan orang tuaku tidak ada, mereka suka ke rumah tetangga, pacaran dengan pembantu tetangga. Dan aku sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk handycam kecil milik kakakku yang kubeli di Yogya (yang sebenarnya diluar perjanjianku dengan Vella, tapi who cares..?!!).


Aku kemudian menunggunya di ruang tamu, sengaja gerbang depan aku tutup dan aku kunci, agar Vella tidak bisa langsung masuk ke halaman rumahku, kebetulan rumahku ini ada di pinggir jalan besar yang ramai dilalui pejalan kaki dan kendaraan yang lalu lalang dan ada toko kecil tak jauh di seberang rumahku yang cukup ramai pembelinya..

Tak lama kemudian tampak sebuah taxi berhenti di depan rumahku, aku ambil teropongku dan kulihat siapa yang ada di dalam taxi, ternyata benar yang ada di dalamnya adalah Vella, tampak ia keluar akan membayar ongkos taksi, kuarahkan teropongku ke arah dadanya, tampak dadanya sedikit terguncang karena tidak memakai BH, melihat dua bukit kembarnya tersamar di balik bajunya, yang kuperkirakan berukuran 34D, ada rasa tegang dan bergairah yang menyebabkan adik kecilku berdiri, kulihat dua kancing bagian atasnya tidak dikancingkan, sehingga saat dia membungkuk untuk membayar taksi, kupastikan jika si supirnya melihat ke arah si Vella bukan ke arah uang yang Vella berikan, tentunya dia akan dapat melihat bukit kembar si Vella yang ranum itu. Kerajaan Movie Dewasa Barat


Dan teryata benar, setelah menerima uangnya si supir sekilas melihat ke arah Vella, ada ekspresi terkejut di wajahnya, tapi pura-pura tidak melihatnya, karena kemudian dia segera pergi.

Kemudian Vella berjalan menuju gerbang rumahku, sayang saat itu tidak banyak orang lewat, yang dapat melihat goyangan indah payudaranya yang bergerak saat ia melangkah, ia kemudian menjangkau bel yang ada di samping pagar bagian dalam, karena ketinggian bell itu cukup tinggi baginya yang kira kira hanya 165 cm (dulu sengaja letak bell itu di tinggikan, karena banyak anak-anak yang iseng) tampak ia jinjit untuk menjangkaunya, dan saat ia kembali menginjakkan kaki ke tanah tampak goncangan dadanya makin kencang, ia tak sadar banyak orang yang lewat melihat hal itu. Karena aku kurang puas, kubiarkan ia melakukanya beberapa kali sampai akhirnya ia sadar karena banyak yang lewat terus memperhatikan dari jauh padahal ia telah berjalan melewati Vella sedari tadi, tapi Vella tampaknya pura-pura tak sadar diperhatikan.


Tapi rasanya aku ingin lebih mempermalukannya, langsung saja kuambil HP dan menelepon ke HP-nya, mudah-mudahan ia belum menjual HP-nya lagi, ternyata benar, dia mengangkat HP-nya.

“Vella, sebelum kamu masuk, tolong beliin aku tali pramuka di toko depan dong”, kataku, aku tahu di toko itu menjual tali pramuka, karena aku sering belanja di toko itu, letaknya tidak persis di depan tapi agak ke samping kira-kira 15-20 meter.

“Oh ya.. Sekalian beliin rokok mild ya, baru aku bukakan pagar, ntar aku ganti” kataku lagi, lalu menutup HP-ku.

Vella tampaknya, hendak mengutarakan sesuatu, tapi sudah keburu aku tutup, ia kemudian, kembali memijit bel rumahku, tapi tidak aku gubris, akhirnya ia pun berjalan ke arah toko di seberang dengan perasan tak karuan, karena malu ia melipat tangannya di depan dadanya, agar guncangan dadanya tidak terlalu nampak. Akupun naik ke lantai atas untuk bisa melihatnya lagi.

Tampak Vella dengan kikuk berbicara dengan Mas Yus, begitu aku biasa memanggil pemilik toko itu, karena kebetulan di sana sedang ramai pembelinya, itu memang biasa terjadi karena walaupun tak seberapa besar, tapi barang yang disediakan cukup lengkap, dan tidak terlalu beda jauh dengan di toko grosir.


Tampak Vella yang sedang berbincang sering diamati dari atas ke bawah oleh bapak-bapak dan mas-mas yang kebetulan sedang berbelanja, sepertinya mereka tahu kalau Vella tidak memakai bra, karena aku yang melihatnya memakai teropong dari arah belakang tak sedikitpun melihat ataupun tersamar tali BH, padahal pakaian Vella cukup transparan karena mungkin usianya yang cukup lama, karena mungkin tanggung bagi Vella untuk membeli baju seragam baru, karena sekarang sudah mendekati kelulusan.

Gerakan badannya saat mengambil uang di saku roknya pun mendapat perhatian dari semua laki-laki yang ada di sana, payudaranya kembali berguncang hebat, karena sepertinya dia cukup sulit mengambil uang yang ada di saku roknya, mungkin karena roknya pun sepertinya dibuat pada waktu dia masih baru kelas dua, jadi dengan ukuran tubuhnya yang sekarang rok itu terlihat mini dan sangat pas di pantatnya. Akupun jadi teringat bahwa akupun menyuruhnya untuk tidak memakai CD di balik roknya.


Dan ternyata memang tidak terlihat bentuk CD dibalik roknya yang ketat itu, dan gerakan dua belahan pantatnya terlihat cukup menggairahkan. Bergoyang dengan sangat natural saat ia bergerak.

Pantas saja laki laki yang melihatnya di sana memandangnya seperti hendak menelanjanginya, memandangi dari atas ke bawah. Ternyata Vella memang sangat sexy dengan keadaan yang seperti itu. Dengan tanpa memakai penutup dada aVellas BH dengan pakaian seragam yang transparan karena termakan usia, dan roknya yang sepertinya dua ukuran di bawah ukurannya yang sekarang.


Kemudian tampak, ia kembali merogoh seluruh sakunya, baik baju dan roknya, gerakannya itu kembali mengundang tatapan para lelaki di sekitarnya, karena kali ini terlihat jelas guncangan di payudaranya dan jelas sekali kalo dia tidak memakai BH, karena goyangan paudaranya terlihat sangat jelas. Sepertinya dia terlihat panik dan menunjuk ke arah rumahku, mungkin uang yang dimilikinya kurang untuk membayar rokok dan tali yang kuminta, atau dompetnya tertinggal barangkali. Itu yang ada di benakku saat melihatnya kebingungan. Kerajaan Movie Dewasa Jepang


Karena tak tega melihatnya kebingungan dan jadi tontonan gratis terlalu lama. Akhirnya kutelepon Mas Yus dengan HP-ku, dan pura-pura menanyakan apakah ada temanku cewek yang beli tali pramuka dan rokok, karena aku beralasan bahwa aku khawatir kok lama banget, dan ternyata benar, Mas Yus menerangkan bahwa Vella memang mengaku duitnya kurang karena dompetnya tertinggal di rumahku, dan tadinya Mas Yus curiga apa betul Vella temanku dan disuruh beli tali dan rokok olehku, karena ia baru pertama kali ini melihat Vella, tidak seperti temanku yang lain yang sering membeli barang ke tokonya kala main ke rumahku, begitu katanya.


Akhirnya Vella bisa meninggalkan toko itu, setelah aku bilang bahwa kekuranganya nanti akan diantarkan, dan bahwa benar Vella itu temanku. Di akhir pembicaraan Mas Yus sempet bilang bahwa Vella itu sexy banget dengan keadaan seperti ini, suruhlah sering sering ia belanja ke tokonya. Dan aku yakin Vella mendengarnya, karena tempat Mas Yus menerima telepon hanya berjarak setengah meter dari tempat Vella berdiri, sedang saat ia mengucapkanya Mas Yus berbicara biasa, tidak berbisik. Jadi aku yakin Vella pasti mendengarnya. Aku pun menyanggupi bahwa Vella juga nanti yang akan mengantarkan kekurangan pembayarannya.


Mereka tidak tahu kalau aku mengamati semua yang terjadi sejak tadi dari jauh.


Saat Vella berjalan ke arah rumahku, para pembeli yang sedari tadi ada di sana tampak ribut ada yang bertepuk tangan, bersiul (terlihat dari bibirnya yang monyong), ada juga yang bersuit dengan “irama menggoda” karena terdengar juga olehku.

Vella kini tambah kikuk dan malu, karena kini dia sadar bahwa semua orang yang ada di sana telah tahu bahwa ia tidak memakai BH, karena saat ia panik tadi ia tidak dapat lagi menutup-nutupi lagi keadaannya yang tanpa pakaian dalam, dan gerakanya tadi membuat orang semakin jelas melihat payudaranya yang terguncang kesana kemari, saat ia merogoh saku baju dan rok pendeknya. Tapi Vella enggan berlari karena takut akan lebih memepertontonkan payudaranya yang bergoyang jika ia berlari. Ia hanya berjalan sedikit cepat untuk mencapai rumahku.


Aku telah menunggunya di depan pintu pagar yang telah aku buka, dan menyambutnya dengan tersenyum. Satu rencanaku telah tercapai.


Vella yang masih terlihat malu, semakin malu, karena akulah yang jelas tahu jika dibalik seragamnya ia tidak memakai apa-apa lagi, karena akulah yamg memintanya melakukan semua ini. Tapi aku bersikap wajar saja, dan itu membuat Vella tenang berada di dekatku. Memang selama ini aku dikenal sebagai cowok yang baik, dan cenderung pemalu, karena itu banyak cewek yang tertarik padaku.


Setelah ngobrol ini-itu, akhirnya meunuju ke pokok permasalahan, bahwa ia butuh uang untuk membayar tunggakan SPP dan uang bangunan, yang sebenarnya telah orang tuanya berikan, tapi telah ia pergunakan untuk beli ini dan itu serta “biaya kenakalannya” seperti narkoba dan minuman keras. Dan aku menyanggupi untuk meminjaminya tapi semua itu ada timbal baliknya kataku padanya.


“Seperti yang kubilang tadi, mau nggak, sebagai jaminanya aku foto kamu dengan pose yang sexi dan dengan pakaian seadanya?!” tanyaku padanya.


“Ya mau gimana lagi, toh aku sudah datang ke sini sesuai dengan keinginanmu, nggak pake BH dan CD”.

“Sudah kepalang basah, lagian hanya kamu yang bisa menolong aku. So, mo gimana lagi.. Ak.. Aku terima deh! Tapi

janji nggak akan menyebarkan foto-fotoku khan?!”, Ia bertanya dengan sedikit terbata-bata.


Rupanya ia sudah terlalu sering berbohong pada orang tuanya, tentang ke mana saja barang barang yang mereka berikan untuknya, seperti HP, jam tangan (bermerk) serta beberapa perhiasan emas kecil seperti anting, yang sering ia katakan hilang, tertinggal di rumah teman dll. Padahal semua itu sudah ia jual. Dan tampaknya orang tuanya sudah mulai curiga dengan semua itu, karena itu HP yang ia miliki sekarang tidak berani ia jual, karena takut akan menambah kecurigaan orang tuanya, lagi pula kalau di jual paling hanya laku sedikit karena itu adalah HP keluaran lama. Itu ceritanya kemudian, saat aku mulai mempersiapkan peralatanku.


Saat kutanya kenapa dia mau menerima syaratku untuk di foto dengan pakaian minim dan sexy, ia menjawab bahwa ia percaya denganku, bahwa ia yakin, aku adalah cowok yang bisa dipercaya, dan tidak akan berbuat yang tidak-tidak, karena ternyata selama ini Winny sering bercerita padanya mengenai apa saja yang telah ia lakukan untukku, tentang foto sexy Winny yang aku buat, tentang aku yang mengajaknya jalan tanpa memakai BH dan memutuskan kancing bajunya, tentang aku yang selama ini tidak pernah minta yang macam-macam (ML) pada Winny, sehingga Winny percaya padaku, begitu ceritanya (tapi soal yang tentang Winny hanya memakai celana pendek saja selama menemani aku yang berkunjung ke rumahnya, sepertinya tidak Winny beritahukan), itu pulalah yang membuat Vella percaya padakku, bahwa aku senang melihat cewek sexy dan mem-foto mereka. Karena selama ini ternyata Winny dan Vella berteman cukup dekat sejak SD, hanya saja ia beda SMP dengan Winny dan juga denganku, jadi aku baru mengenalnya di SMA/SMU. Selain alasan yang pasti dia butuh duit juga tentunya.


Karena keadaan rumah sepi, lagi pula pintu gerbang sudah aku kunci, rasa isengku muncul, seberapa percayanya Vella padaku. Lalu akupun mulai melakukan aksiku.


“Vella, kamu kan aku suruh ke sini, hanya boleh memakai seragam tanpa BH dan CD, tapi aku belum lihat buktinya tuh!”.

“Idih lu William.. Masa sih dari tadi kau gak lihat toket gue yang terayun ayun gini” katanya sambil memegang toketnya denga dua tangannya.

Tampaknya dia sudah mulai rilex denganku karena sudah memakai bahasa lu-gue.

“Iya serius, aku belum bisa melihat jelas tuh!”

Kemudian ia menarik baju seragamnya ke belakang, sehingga toketnya yang tadinya tersamar di balik seragamnya. Kini makin jelas terlihat, putingnya yang kecil, menonjol di seragamnya,

“Wah mana, tetep gak jelas” kataku.

“Mungkin kalo gini baru jelas” lanjutku sambil menyambar satu gelas air es yang memang sedari tadi ada di meja depanku sebagai obat kalau aku haus kala menunggu dia datang tadi. Kemudian menyiramkannya ke arah dada Vella yang sedang memamerkan puting payudaranya.

Kontan seragam di bagian depannya basah kuyup, karena air es yang tersisa masih cukup banyak, karena aku memang tidak begitu lama menunggu Vella datang.


Kini tampak jelas terlihat payudara Vella yang berukkuran 34D itu, karena seragamnya yang basah seperti tercetak mengikuti bentuk tubuhnya. Ia tampak terkejut dan hendak berteriak, tapi ia tahan, sepertinya takut penghuni rumahku curiga.

Mengetahui kekhawatirannya, aku segera memberitahu bahwa saat itu keadaan rumahkku sedang kosong, orangtuaku ke luar kota, tapi pembantuku aku bilang sedang tidak ada, (padahal mereka mungkin sedang pacaran) jadi aku bilang tinggal kami berdua yang ada di dalam rumah, kontan saja dia langsung hendak memukulku, tapi kuhindari dan berlari ke atas, ke kamarku, dan seperti yang kuduga dia mengejarku.


Aku segera masuk dan menghidupkan handycam, membiarkan alat itu merekam sendiri dengan menaruhnya di tempat yang telah kupersiapkan, yaitu di antara pakaianku yang menggantung di dinding di sebelah pintu, dan mengambil posisi di luar jangkauan kamera. Dan biarkan semuanya terekam dengan sendirinya.

Dan setelah beberapa saat kemudian baru dia masuk, aku tahu Vella pasti tadi mencari-cari kamarku, karena dia lantai dua ini ada 3 kamar, kamarku, kamar kakakku dan kamar tamu.


Ia masih pasang tampang merajuk kemudian aku dipukulnya dengan manja. Kemudian aku kembali menanyakan permintaanku yang kedua, bahwa ia kuminta datang ke rumahku dengan tanpa pakaian dalam sama sekali, dan ia benar datang tanpa mengenakan BH, tapi bagian bawahnya belum terbukti, kalo itu tak dapat dibuktikannya, aku tidak akan mememinjamkan uangku padanya.

“Ayo sekarang buktikan kalo, kamu gak pake celana dalam!” perintahku padanya, “Kalo gak, aku gak bakal pinjemin duit buat kamu”. Kataku lagi.

Vella tampak keberatan.. Dan bingung.

“Ya udah. Kalo gak bisa buktikan, pinjam duitnya juga batal dong!?” kataku mendesak.

Aku tahu itulah senjataku yang tidak bisa dia tolak. Aku terus memintanya untuk memperlihatkan bahwa dia memang benar tidak memakai CD.


“Kalo malu, ya udah gak usah dari deket”, kataku sambil berjalan dengan maksud agar Vella menghadap ke kamera yang ada di belakangku tanpa aku menghalagi kamera.

Akhirnya ia pun menyerah, dengan masih menghadap ke arahku dan ke arah kamera tentunya, ia berjalan mundur untuk menjauhiku, sampai di depan lemari pakaian, sehingga ia tidak bisa mundur lagi.

“Ayo tunjukin, nanti aku kasih duit”, kataku mengingatkan tujuannya datang ke rumahku.

Kemudian dengan perlahan, tangannya mulai menarik roknya ke atas, tampaklah pahanya yang putih mulus sampai ke atas pusarnya, dan terlihatlah bagian vaginanya yang bersih dan terawat rapi, hanya tampak beberapa bulu halus di sekitarnya.

Aku tadinya mengira akan melihat bulu hitam lebat, seperti milik Winny, tapi ternyata, vagina Vella, tampak bersih, dan terawat, dan sejak saat itulah aku menyukai vagina yang terawat, tidak ditumbuhi bulu lebat.


Melihat aku terbengong Vellas terkejut, Vella tidak langsung menurunkan rok pendeknya. Dia malah sepertinya bangga melihatku terkagum-kagum akan keindahan daerah v-nya.

“Kamu cantik sekali Vella”, kataku terlontar begitu saja dari mulutkku.

Memang harus diakui bahwa sebenernya Vella itu cantik dan sexy, dengan wajahnya yang cantik mirip Dina Lorenza bagiku, dan kulitnya yang putih, makin menambah kecantikannya, ditambah lagi, buah dadanya yang besar dan pantatnya yang berisi, makin menimbulkan kesan sexy.


Memang sebenarnya aku dulu waktu kelas satu, sempat suka padanya, tapi karena aku cenderung pemalu dengan cewek, akhirnya aku hanya sekedar suka, karena kemudian banyak cowok yang jadi pacarnya, dan beredarlah isu bahwa ia itu pecun. Dan akhirnya akupun jadian dengan Winny, itupan karena dicomblangi oleh temanku yang ceweknya adalah sobatnya Winny, sampai sekarang. Kini perasan itu hadir lagi, ada sedikit rasa suka di hatiku. Tapi perasaan itu akhirnya kubuang jauh-jauh, Vella kan terkenal pecun, batinku dalam hati.


Setelah tersadar, aku lalu mengelurkan dompetku dan mengeluarkan uang Rp. 50 ribu, dan memberikan kepadanya.


“Ini bonus buat pertunjukan yang tadi” kataku.

Hatiku sebenarnya berharap Vella menolaknya, tapi harapanku ternyata salah, Vella malah mendekat dan mengulurkan tangannya menerima uang pemberianku. Vella pada awalnya menunjukan sedikit perasaan malu, tapi segera sirna digantikan oleh senyumnya yang mengembang di bibirnya yang mungil. Segera ia memasukan uang itu ke dalam saku roknya. Dan kembali pikiranku berkata, “Dasar pecun!”

“OK sekarang kembali ke rencana semula, yaitu sesi pemotretan” kataku pada Vella.

“Sesuai kesepakatan kan? 1 rol berarti 400 ribu, ya kan?!”, tanya Vella padaku memastikan.

“Iya, deal!” jawabku.

Kemudian berlangsunglah acara pengambilan foto-foto sexy Vella, yang dengan tanpa diketahuinya adegan itu juga terekam oleh kamera handycam yang tersembunyi di sela-sela baju yang tergantung di dinding dekat pintu yang tertutup.

Saat itu Vella kuminta melepaskan beberapa kancing bajunya untuk menambah kesan sexy, belahan dadanya yang putih dan sexy menimbulkan daya tarik sendiri, kemudian berlajut kuminta Vella untuk melepaskan seluruh kancing bajunya, sehingga kini dari atas sampai bagian perutnya yang rata terlihat dengan jelas.


Vella tampaknya semakin asyik dan tidak malu-malu lagi, jika ia malu maka aku akan berkata,

“Aku kan sudah melihat bagian yang terpenting yang kau miliki, kenapa harus malu. Lagian ini hanya untuk jaminan kok!”

Dan kata-kata itu mujarab sekali, Vella pun kemudian tak malu lagi, melakukan pose-pose yang aku minta. Semua pose yang ada di kepalaku sudah aku minta pada Vella untuk melakukanya.

Kini tubuh indahnya benar-benar terekspose secara lebih vulgar, karena kini seragam Vella sudah berganti dengan kaos dalam tipis milikku, tadi sempat kuminta ia melepaskan bajunya dan menggantinya dengan kaos dalam tipis milikku.


Setelah beberapa kali berfoto, kuminta ia membuka kaosnya dan membiarkan bagian atas tubuhnya tidak tertutupi sehelai benang pun, tadinya ia agak malu dan menutupi kedua payudaranya dengan tangannya, tapi setelah kudesak dan kurayu ia mau berpose tanpa menutupi kedua payudaranya.


Sedang roknya kini telah bertambah pendek karena aku gunting 10 cm lebih pendek. Sehingga kini rok itu benar-benar tidak bisa menutupi keindahan tubuh bagian bawahnya, saat ia membungkuk, akan terlihat bagian kewanitaannya menyembul di sela-sela belahan pantatnya yang indah. Cerita Dewasa Bergambar


Tadinya Vella menolak roknya aku potong, karena takut dimarahi ibunya saat pulang ke rumah nanti, tapi karena aku desak, agar makin sexy kataku, akhirnya dia merelakan rok seragamnya aku potong.

Tak terasa, sudah satu roll film aku habiskan untuk mem-fotonya.

“Wah udah satu roll nih,” kataku padanya, sambil mengeluarkan dompetku lagi. Karena sesuai janjiku, aku harus membayarnya 400 ribu setiap roll-nya.


Vella pun menerima uang yang aku berikan dan kembali memasukannya ke dalam sakunya.

“Mau tambah lagi nggak?” tanyaku.

“Iya dong, kan belum cukup uangnya!” balasnya sambil senyum.

“Tapi aku gak mau gini terus ah, bosen, aku ingin gaya yang lain, dan lokasi yang lain”, kataku lagi.

“Gimana kalo di kolam renang belakang?!” tanyaku.

“Boleh aja, asyik juga sepertinya” jawabnya senang.

“Kalo gitu, mulai saat ini, kamu lepas semua kain yang menempel di badanmu, aku ingin kamu tidak mengenakan seutas benangpun selama berada di lingkungan rumahku ini!!” aku mulai berkata agak keras padanya.

“Dan sejak saat ini, aku yang berkuasa terhadap dirimu, dan kamu harus menuruti semua perkataanku kamu mengerti?!!”

“Kalau kamu mau menuruti semua kemauanku, kamu akan kukasih bonus uang lagi!!”

“Tapi kalo tidak foto-foto ini akan aku sebarkan Vella..!!” kataku lagi sambil memperlihatkan satu roll film yang ada di genggamanku.

“Ayo buka semua pakaianmu!!” kataku sambil menepuk pantatnya yang terbuka dengan agak keras, kerena roknya yang kini sangat pendek itu telah tersingkap.


Tampak ia agak terkejut, dan hampir menangis, mungkin dia kaget melihat perubahan sikapku, yang tadinya lembut kini berubah sedikit kasar padanya.

Kini Vella benar benar tidak punya pilihan lagi, karena tentunya ia tak ingin foto-fotonya tersebar luas, ia akan malu sekali jika teman-temanya melihat foto-foto itu, walau ia sama sekali tidak telanjang dalam foto foto itu, tapi secara keseluruhan sepertinya tak ada bagian tubuhnya yang tidak dapat dengan jelas terlihat.

Vella terdiam sejenak..

“Ayolah Vella, buka semua pakaianmu, aku tahu, di sekolah kamu terkenal sebagai pecun, aku yakin bukan sekali ini saja kamu bugil di depan laki-laki, sudah pasti kamu sudah seringkali telanjang di depan cowok!” kataku padanya.

“Akui saja?! “Betul kan?!” desakku padanya.

Vella hanya diam.. Dan kemudian mengangguk kecil.

“Nah benar kan kataku, nah mulai sekarang kamu adalah pecunku, dan kamu sekarang harus menuruti semua keinginanku”.

“Kalo kamu kuminta datang, segera datang!, pokoknya apapun permintaanku, kamu harus turuti!!”.


“Kalau tidak kamu tahu sendiri akibatnya!, kamu mau kan jadi pecunku..?!!” aku berkata padanya dengan nada sedikit keras.

Vella mengangguk..

“Jawab dong, jangan diam aja” kataku lagi.

“Iya, aku mau..” jawabnya kemudian.

Nah mulai saat itu resmilah Vella menjadi pecunku, Tapi yang paling sering adalah, Vella kujadikan objek eksibisiku, seperti juga saat itu.

Kuminta ia menanggalkan roknya, yang merupakan satu satunya pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Kemudian kuminta ia melanjutkan aksinya sebagai objek fotoku, sampai malam hari, tapi terlebih dulu, kuminta ia untuk mengabari orang tuanya, bahwa ia akan pulang agak larut malam, untuk belajar di rumah Winny. Sehingga orang tuanya tidak khawatir.


Orang tuanya malah menyarankan, bila terlalu malam, lebih baik Vella menginap saja. Karena memang selama ini Vella sering menginap di rumah temannya, terutama Winny yang sudah ia mereka kenal sejak kecil. Sehingga orang tuanya tidak curiga.

Setelah Vella benar-benar telanjang bulat, kuminta ia turun untuk mengambil tali dan rokok yang tertinggal di meja ruang tamu, dengan tanpa sehelai benangpun Vella turun ke bawah menuju ruang tamu, tapi tetap kupantau dari semacam balkon di lantai atas setelah mematikan handycamku terlebih dulu setelah Vella keluar dari kamar. Aku ingin ia melakukan semua aktifitas di rumahku ini tanpa mengenakan pakaian secuilpun.


Setelah ia kembali ke atas, kuutarakan niatku padanya, bahwa sampai ia pulang nanti malam atau kalau perlu besok (karena hari ini hari Sabtu) ia harus terus bertelanjang bulat, apapun yang terjadi. Vella pun menyanggupi karena merasa sudah kepalang tanggung bahwa aku sudah melihat keindahan tubuhnya secara keseluruhan dan takut akan ancamanku tadi jika tidak menuruti permintaanku. Lagi pula ia merasa hanya kami berdua saja yang ada di rumah kala itu.


Aku hanya diam saja, kala ia berkata begitu, karena memang benar bahwa saat itu memang hanya kami berdua saja yang ada di rumah, tapi aku yakin menjelang maghrib nanti pasti para pembantu di rumahku akan pulang dari mengunjungi pacar mereka yang juga bekerja sebagai pembantu di sekitar rumahku ini. Dan memang itu sudah ada dalam pikiranku.


Mereka sebenarnya bukan seratus persen pembantu, karena sebenarnya mereka masih ada hubungan saudara dengan ayah dan ibuku, tapi tepatnya adalah saudara jauh, yang hubunganya juga tidak aku fahami benar, saking jauhnya, maka aku memangil mereka dengan sebutan Mas, karena sebetulnya usia mereka paling-paling masih seumuran dengan kakakku.


Mas Toni ada hubungan saudara dengan keluarga ayahku, sedang Mas Muji ada pertaVellan saudara dari keluarga ibuku. Mereka hanya membantu kami untuk urusan yang memerlukan tenaga kasar mereka, sedang untuk masak dan bersih-bersih rumah secara umum sudah dikerjakan oleh pembantu perempuan, yang kemudian pulang siang harinya jika pekerjaannya sudah beres. Biasanya mereka menggunakan pintu kecil di halaman belakang untuk keluar masuk rumah.


Maka kuminta Vella berpose di samping kolam renang yang letaknya di halaman belakang, dan melanjutkan aktivitasku memotretnya dan kali ini dengan kamera digitalku. Tampaknya Vella tidak mengerti jika kali ini aku menggunakan kamera digital. Tapi itu tak penting bagiku, karena aku hanya ingin membiasakan Vella telanjang di depan orang yang belum ia kenal.


Seperti yang sudah aku perkirakan, setelah beberapa lama aku mengambil gambar Vella dengan pose bugilnya yang sexy, tiba-tiba muncullah Mas Toni dan Mas Muji dari balik tembok. Vella pun berteriak terkejut sambil secara refleks menutupi bagian tubuhnya yang tak tertutupi sama sekali, tampak ia shock dan bingung antara menutupi dadanya atau daerah di sekitar lubang kewanitaannya.

Mas Muji dan Mas Toni pun tadinya juga terkejut, tapi kemudian tampak bersikap biasa, karena tidak mau mengganggu aktivitasku, tapi aku tahu mereka juga pasti sangat terangsang melihat tubuh indah dan sintal milik Vella, yang kini dapat mereka tonton dengan gratis langsung di hadapan mereka tanpa terhalang apapun. Tubuh mulus Vella yang tanpa tertutup oleh apapun kini menjadi santapan Vellar mata mereka.


Agar suasana kaku yang terjadi diantara mereka mencair, akupun segera memperkenalkan mereka pada Vella.

“Oh.. Mas Toni dan Mas Muji sudah datang, Perkenalkan Mas.. Ini Vella temanku, dia tadi ingin berenang, tapi nggak bawa pakaian renang, jadi kusuruh aja berenang tanpa pakaian sekaVellan!” kataku sekenanya pada Mas Toni dan Mas Muji.

“Oh.. Vella namanya.., cantik ya! Mirip Dina Lorenza”, kata Mas Muji dengan sangat wajar.

“Nama saya Wijianto, biasa di panggil Muji” katanya lagi sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

Vella yang kikuk dan bingung menutupi bagian tubuh tertentu. Kedua tangannya masih menutupi dadanya dan bagian selangkangannya. Vella tidak segera mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Mas Muji. Maka akupun segera berkata..

“Ayo dong Vella, kenalin ini Mas Muji, dia juga tinggal disini” ujarku pada Vella.


Vella pun terpaksa melepaskan tangan kanannya yang menutupi dadanya dan mengulurkan tangannya, menjabat tangan Mas Muji.

“Li.. Li.. Vella” ucapnya tersendat karena malu.


“Vella, nama yang cantik dan indah, secantik wajahmu dan seindah tubuhmu” kata Mas Muji tanpa melepaskan tangannya yang terus menjabat tangan Vella dengan erat.


Sehingga kini Vella tidak bisa lagi menutupi keindahan buah dadanya yang mencuat menantang, dengan puting susunya yang tampak mengeras, mungkin karena gugup dan malu.


“Kenalkan juga ini, Mas Toni, ia juga tinggal di sini seperti saya”, kata Mas Muji pada Vella, sambil menuntun tangan Vella untuk menjabat tangan Mas Toni, yang sudah terlebih dahulu, terjulur.


Dan kembali Vella tidak dapat menutupi dua payudaranya yang bergoyang ketika mendekatkan diri ke arah Mas Toni untuk berkenalan dan berjabatan tangan. Tampak sangat indah payudara Vella yang bergoyang-goyang ketika Mas Toni berjabatan tangan dengan berkali kali menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah selama bersalaman.


Dalam hati aku berkata, cerdik juga cara Mas Toni bersalaman, sehingga tampak Vella tambah malu dibuatnya. Lama juga Mas Toni bersalaman, sehingga payudara Vella makin bergoyang kencang.


Walaupun mereka statusnya seperti pembantu, tapi sebenarnya lebih tepat kalo dikatakan sebagai orang kepercayaan keluarga kami, kadang merangkap sebagai supir pribadi dan di saat tertentu jika dibutuhkan bisa dijadikan ajudan jika Papa keluar kota untuk urusan yang lebih bersifat pribadi.


Jadi tak heran jika aku cukup dekat dengan mereka, dan akupun tahu kesukaan mereka, yang suka nonton film porno yang bersifat eksibisi dan humiVellated atau mempermalukan pasangan sexnya. Demikian juga aku. Sehingga makin akrab saja hubungan antara kami, walaupun aku tetap menunjukan bahwa aku yang lebih berkuasa dibanding mereka, dan mereka mengakuinya.


“Begini Mas Toni dan Mas Muji, malam ini Vella akan bermalam disini” kataku memecahkan keheningan di antara mereka.

“Dan selama di sini, Vella tadi telah meminta padaku agar dia diperbolehkan untuk tidak mengenakan penutup tubuh sedikitpun, Iya kan Vella..?!!”, Tanyaku pada Vella, sambil tersenyum dan menggoyangkan kameraku sebagai isyarat padanya.

Vella yang mengerti isyarat goyangan kameraku, hanya bisa mengangguk.


“Jadi kalian harus menuruti keinginannya dan kalian tidak boleh menjamah tubuhnya, kecuali kuijinkan!” kataku untuk menunjukan siapa yang berkuasa di situ.


“Jadi kalian juga harus merelakan Vella tidak berpakaian selama tinggal disini. Kalian baru boleh menjamah tubuhnya jika Vella melanggar apa yang kuperintahkan padanya, kalian mengerti!!”, Tanyaku sedikit keras, untuk kembali menunjukan pada mereka siapa yang berkuasa di situ.

“Baik Mas”. Kata mereka serempak hampir berbarengan.

“Nah sekarang sepertinya Vella ingin berfoto bareng dengan kalian!?” kataku pada mereka

“Iya kan Vella..?!” tanyaku padanya.

Dan Vella pun hanya bisa mengangguk, yang disambut sorak gembira Mas Toni dan Mas Muji.

“Nah selama pemotretan kaVellan boleh menjamah tubuh Vella!” kataku pada mereka. Yang kembali disambut teriakan gembira para pembantuku,


Maka tampak kemudian mereka berpose di kiri-kanan Vella yang telanjang bulat, sambil sesekali tangan mereka meremas, membelai, tubuh Vella, terutama buah dada dan pantat Vella, bahkan kadang sesekali mereka menjambak rambut Vella yang tergerai ke belakang, sehingga Vella terdongak ke atas sambil meringis kesakitan, sambil membungkukkan badan Vella bagaikan menunggangi Vella dari belakang. Itu pose yang aku sukai dari Vella.


Sangatlah kontras kulit tubuh Vella yang putih mulus, dengan warna kulit mereka yang gelap, walaupun Mas Muji dan Mas Toni tidak telanjang, tapi mereka membuka seluruh kancing baju mereka, sehingga tampaklah tubuh berisi dan berotot mereka. Wajah keras mereka makin menimbulkan kesan sangar.


Agar pose mereka menggambarkan mereka sedang memperkosa Vella, aku menyuruh mereka membuka resleting celana mereka, atau membuka bagian atas celana mereka, tanpa menjatuhkannya ke tanah, sehingga makin kontras saja, mereka yang bertubuh gelap tapi masih berpakaian lengkap, sedang Vella yang berkulit putih mulus, bertelanjang bulat.


Agar tampak seperti dua orang pekerja kasar yang sedang memperkosa Vella, sengaja aku mengatur agar wajah Vella selalu tampak jelas ke arah kamera, dengan matanya yang seolah melirik Mas Muji yang sedang memperkosanya dari belakang, atau berekspresi sedang melakukan oral pada Mas Toni yang ada di depannya. Sedang wajah Mas Muji atau Mas Toni sengaja aku samarkan dengan hanya menunjukkan siluet wajah mereka dari samping, kala sedang tertunduk, ataupun menengadah. Sehingga bila orang melihat foto-foto itu, maka hanya tampak jelas wajah Vella dari segala arah, tapi wajah, Mas Muji dan Mas Toni hanya terlihat dari arah samping atau belakang saja.


Setelah bosan dengan adegan memperkosa dan juga hari mulai gelap, kuminta mereka berhenti. Kemudian kuikat kedua tangan Vella ke belakang, tertekuk sebatas siku ke arah berlawanan sedang mulutnya kusumpal dengan sapu tangan dan kuikat lagi dengan tali ke belakang kepalanya, dan kakinya satu sama lain kuikat dengan tali yang terhubung, dengan sisa jarak kira kira 25 cm, sehingga dia tidak akan bisa berjalan dengan langkah lebar.


Kemudian kuminta Vella melakukan exercise dengan berlari mengelilingi kolam yang berukuran 12×5 m sebanyak 60 kali lebih. Bila Vella tampak berjalan kusuruh mereka berdua mencambuk Vella dengan ranting pepohonan yang ada di taman sudut halaman. Vella yang tampak kelelahan beberapa kali berhenti untuk mengatur nafas, saat itulah Mas Toni dan Mas Muji akan mencambuk Vella dengan dedaunan yang mereka pegang, dan seiring dengan itu maka akan terdengar jeritan tertahan dari mulut Vella yang terhalang saputangan. Dan setelah itu maka Vella pun akan berlari kecil kembali. Semua itu kurekam dengan handycam yang kuambil dari kamar.


Setelah itu kuminta Vella masuk ke dalam kolam dengan keadaan masih terikat seperti semula. Kedalaman kolam yang saat itu paling dangkal kira-kira 150 cm, dengan tinggi tubuhnya yang kala itu mungkin hanya 160 cm, dan dengan tangan terikat serta kaki terikat, Vella hanya bisa berjalan di dalam kolam, dan untuk bernapaspun Vella harus menengadahkan kepalanya, karena tinggi air bila ia berdiri saja, hampir menutupi seluruh hidungnya.


Kemudian kami bertiga meninggalkanya di dalam kolam sendirian, dengan tangan dan kaki terikat serta mulut terkunci dan keadaan kolam yang hanya diterangi lampu taman pasti akan membuatnya histeris, aku mengawasinya dari jendela teras belakang. Sambil membaca majalah, sedang Mas Muji dan Mas Toni kuminta untuk membuatkan minuman hangat dan makan malam bagi kami berempat.


Tapi sebelum kami tinggal sendirian, kami mengatakan pada Vella bahwa kami akan mandi dan membeli makan malam dulu di luar dan baru akan mengangkatnya naik setelah kami kembali lagi 2 jam kemudian, itupun jika jalanan tidak macet. Saat itu tampak Vella meronta di dalam air dan dari mulutnya terdengar suara yang tak jelas, mungkin tidak suka dengan yang kami katakan, karena ia tidak ingin ditinggal sendirian di dalam kolam dengan keadan seperti itu. Ia sudah barang tentu ia tidak bisa naik ke permukaan tanah tanpa bantuan orang lain, Handicam tetap kubiarkan merekam keadaannya yang tak berdaya, sulit bergerak dan sulit bernafas.


Kami hanya berjaga-jaga dari kejauhan, tapi sudah barang tentu, Vella tidak mengetahui hal itu, aku hanya mengawasinya dari jauh dengan teropongku.

Malam itu kubiarkan Vella terendam di kolam dengan keadaan yang sagat tidak nyaman seperti itu, kira kira selama dua jam lebih. Dengan hari yang sudah makin malam dan air kolam yang dingin, tentunya akan membuat Vella menggigil kedinginan.

Dan benar memang saat kujemput Vella untuk kunaikkan dari kolam yang dingin, Vella tampak menggigil, kedinginan, maka langsung kukeringkan tubuhnya yang mungil tapi indah, dengan handuk. Tampak di beberapa bagian tubuhnya mengeriput karena terlalu lama terkena air, tapi ia tetap tampak terlihat cantik.


Saat melihatku muncul saja, tampak bahwa ia sangat gembira, karena itu berarti ia akan diangkat dari air kolam yang dingin itu.

Vella menurut saja ketika kubimbing dia untuk naik, ke pinggir kolam, nampak ia pasrah dengan apa yang akan aku lakukan kepadanya, dan kepasrahannya padaku makin tampak, saat kukeringkan tubuhnya dengan handuk yang kubawa. Kulepaskan ikatan dan sumbatan di mulutnya, sehingga kini ia bisa dengan leluasa berbicara bila ia mau. Tapi ia hanya tersenyum saja ketika aku mengeringkan tubuhnya.


Dengan keadaan yang masih terikat, kukeringkan tubuhnya, kemudian mengajaknya berjalan masuk ke dalam rumah. Dan ia pun menuruti saja kemauanku, tanpa memprotes keadaanya yang masih terikat.

Kepasrahannya itu membuatku jadi merasa sayang padanya, kini hatiku lebih berbicara ketimbang sore tadi di mana otak dan pikiranku masih memvonisnya sebagai pecun. Memang jika mau jujur, rasa tertarikku padanya sejak dulu masih tetap ada. Dan kini saat melihatnya pasrah dan menurut pada apa yang aku katakan, membuatku makin sayang padanya.


Dan akupun yakin bahwa sebenarnya Vella selama ini juga punya rasa yang sama padaku, karena sering kudapati ia melirik dan mencuri pandang ke arahku jika kami bertemu di sekolah. Hanya saja tidak aku gubris, karena predikat pecun yang sering temanku bilang padaku atas dirinya, dan rasa gengsiku tentunya.

Kini hal itu sepertinya menghilang dari pikiranku, melihatnya berjalan di sampingku dengan keadaan bugil dan terikat seperi itu, ditambah lagi dengan sikapnya itu. Makin menimbulkan gejolak di hatiku.

Maka kurangkul dia dengan tangan kiriku, kubelai rambutnya yang masih sedikit basah.

“Vella.. terimakasih atas apa yang telah kamu lakukan hari ini” kataku padanya dengan lembut.


“Aku jadi makin sayang padamu..” kataku lagi, sambil menarik tubuhnya menghadapku, dan kemudian kucium bibirnya dengan lembut.

Saat itu bibirnya masih terasa dingin, tapi lambat laun makin terasa hangat seiring makin hangatnya kami berciuman, bibir lembutnya bagiku rasanya seperti agar-agar.

Kemudian kubimbing ia berjalan menuju rumah dan kemudian kusuruh Toni mengambilkan minuman susu coklat hangat untuknya agar ia merasa hangat, dan dengan lembut, pelan-pelan kuminumkan segelas susu hangat itu padanya dengan penuh rasa sayang sambil kubelai rambutnya yang lebih sebahu.

Vella pun menurut dan meminumnya dengan lahap, sambil menyeruput segelas susu coklat hangat itu, matanya memandangku, tatapannya bagaikan menusuk hatiku, bagaimana tidak, tatapannya lembut sambil bibirnya membuat sebuah senyuman manis.

“Rie.. Sebenarnya aku juga sayang sama kamu, tapi selama in sepertinya kamu tidak menghiraukan keberadaanku”, ujarnya setelah ia meminum lebih dari setengah gelas.


“Dulu aku sering mencoba untuk menarik perhatianmu, tapi sepertinya semua sia-sia”.

“Tapi jika semua ini bisa membuatmu senang, akupun dengan senang hati akan melakukanya untukmu”, katanya lagi setelah melihat aku hanya terdiam.

Dan ia pun melanjutkan perkataanya lagi karena aku masih saja terdiam.

“Aku mengerti, mungkin aku nggak akan bisa jadi pacarmu, karena aku pun tahu siapa aku ini, tapi asalkan kamu mau menyisakan sebagian hatimu dan perhatianmu bagiku, aku pun sudah merasa sangat senang”.

Sejak saat itulah, aku makin mengerti, bahwa ternyata Vella adalah korban dari keluarga yang tidak harmonis dan butuh kasih sayang, karena orang tuanya jarang ada di rumah, di tambah lagi kini orang tuanya sering bertengkar bila berada di rumah. Oleh karenanya Vella mencari pelarian dengan pergaulanya selama ini sekedar untuk mencari hiburan dan melupakan kepedihan hatinya.

Bukannya aku sok suci, karena mungkin “perbedaan” yang aku rasakan pada diriku ini, adalah akibat perlakuan yang salah pula dari orang tuaku, tapi aku sadar akupun punya peranan besar dalam memperburuk ‘perbedaan’ ini, karena ternyata aku sangat menikmati ‘perbedaan’ yang kurasakan ini.


Begitulah, malam itu seperti kesepakatan yang telah dibuat, Vella bermalam di rumahku dengan tetap dalam keadaan tanpa busana sedikitpun dan tetap dalam keadaan terikat tangan dan kakinya, saat makan malam pun Vella kusuapi dari piringku, dan malam itu Vella sudah tidak malu lagi terhadap dua pembantuku, karena apa lagi yang akan membuat ia merasa malu, karena sejak sore tadi ia sudah berada dalam keadaan seperti itu.


Itulah yang membuatku makin merasa sayang padanya, rasa sayang yang berbeda, rasa sayang majikan pada budaknya. Karena malam itu Vella memang kuperlakukan lebih sebagai budak nafsuku. Malam itu kuminta Vella mengoralku beberapa kali hingga aku menyemprotkan air maniku di mulut dan wajahnya, sebelum akhirnya kami pun tidur. Aku tidur di kasur sedang Vella tidur di lantai yang hanya beralaskan tikar tetap dengan keadaan telanjang bulat dan terikat. Aku tahu bahwa ia merasa tersiksa dengan keadaan seperti itu, tapi kelelahannya membuat ia dapat tertidur pulas.

Vella tidur lebih dulu, mungkin karena kelelahan, sedang aku hanya tersenyum melihatnya seperti itu, karena seperti yang telah ia katakan, ia bersedia melakukan apapun yang kuminta asalkan itu membuatku senang. Dan iapun hanya tersenyum dan mengangguk saat tadi kukatakan bahwa kini dia adalah pecunku. Kemudian akupun tertidur dengan perasaan senang, bahwa kini aku telah memiliki Vella sebagai pecunku.

Baca Juga Cerita Dewasa Ku Nikmati Tubuh Tante Ku

Demikianlah kisahku dengan Vella malam itu, walaupun sebenarnya masih banyak kisahku dengan Vella yang kini telah resmi menjadi pecunku. Mungkin lain kali saja akan aku ceritakan, karena kini aku masih sibuk dengan pekerjaanku. Kini aku sudah bekerja di sebuah perusahanan jasa perbankan di Bandung setelah selesai kuVellah di Yogya, yang juga banyak pengalaman menarik.
Previous
Next Post »