Kupuaskan Pengantin Baru

Kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang Pria Yang bernama Rony. Berawal dari Rony yang mengintip pasangan pengantin baru yang sedang bersetubuh, yaitu Mas Joni dan Mba’ Lina. Karena saat itu Rony melihat Mba’ Lina tidak pernah puas dengan suaminya, maka Rony mengambil inisiatif untuk memuaskan Mba’ Lina. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.



Kupuaskan Pengantin Baru



Perkenalkan nama saya Rony, saya lelaki yang cukup dewasa karena saya telah berusia 26 tahun. Keadaan saya sekarang adalah seorang pekerja di salah satu perusahaan plastik. Disini saya akan menceritakan tentang kisah sexs saya dengan istri tetangga kamar kontrakan-kan saya. Kisah ini berawal dari sore itu, saya terbangun. Kulihat jam di dinding dikamarku menunjukkan pukul 16.00 WIB.

Pada sore hari itu saya iseng-iseng untuk memanjat dinding tembok pembatas kamarku, dan kamar sampingku yang ditempati oleh pasangan pengantin baru, yaitu Mas Joni dan Mba’ Lina. Saat itu saya Cuma bermaksud melihat aktivitas tetangga sebelahku melalui Fentilasi. Setelah saya lihat ternyata mereka sedang tiduran sambil mengobrol di atas ranjang.


Saat itu saya mengawasi terus kegiatan mereka, saat itu kulihat Mas Joni hanya memakai singlet, begitu juga Mba’ Lina yang hanya memakai baju dalam. Mentang-mentang mereka pengantin baru didalam kamar hanya memakai pakaian dalam saja. Saat itu saya berharap kepada meraka agar mereka segera berhubungan sexs.hhe. tidak lama setelah itu, Mas Joni dan Mba’ Lina berbicara sambil berpelukan.

Karena posisiku saat itu lumayan jauh dan hanya melihat dari sela fetilasi, maka saya kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Saat itu sesekali Mba’ Lina tertawa, dan Beberapakali pula saya amati Mas Joni meremas buah dada Mba’ Lina. Setelah sekian lama saya menunggu, pada akhirnya yang saya harapkan terjadi juga.
Tiba-tiba Mas Joni membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mba’ Lina.

Lalu Mas Joni saat itu menyuruh Mba’ Lina memegang kejantanan Mas Joni. Mba’ Lina kelihatannya menurut dan memasukan tangannya ke dalam celana boxer Mas Joni, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mba’ Lina menolak. Yahhhh, baru disuruh gitu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh nyepongin, ucapku dalam hati kecewa.

Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Joni tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini dia hanya berCD (celana dalam) dan bersinglet. Kemudian Mas Joni-pun memeluk Mba’ Lina. Saya tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya bercinta tampaknya akan terpenuhi

Tidak lama kemudian, Mas Joni-pun melepas pelukannya dan Mba’ Mba’ Lina-pun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mba’ Lina hanya bersinglet dan berCD (celana dalam). Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.Kemudian mendadak Mas Joni mengeluarkan kejantanannya dari CD (celana dalam)nya. Kecil sekali, dibandingkan punysaya, ucapku dalam hati melihat kejantanan Mas Joni.

Mas Joni-pun langsung menghimpit Mba’ Lina, tampaknya Mas Joni akan ber-penestrasi Mba’ Lina. Kulihat Mba’ Lina memelorotkan CD (celana dalam)-nya hanya sampai sebatas paha saja. Sejurus kemudian saya melihat pelan Mas Joni memasukkan kejantanannya ke dalam lubang kewanitaan Mba’ Lina yang tertutup rambut kewanitaan.

Setelah kejantanan Mas Joni masuk keseluruhannya ke dalam liang senggama Mba’ Lina, Mas Joni langsung memeluk Mba’ Lina sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilsayakan cukup lama.Saya sedikit keheranan kenapa Mas Joni tidak melsayakan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya. Mas Joni hanya diam memeluk Mba’ Lina.

Payah nih, ini pasti karena Mas Joni nggak tahan bermain lama, nggak seperti saya ucapku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Joni. Disinilah saya mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melsayakan tumpangsari pada Mba’ Lina.Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 7 menit. Meskipun Mba’ Lina bisa mencapai klimaksnya, tetapi Mas Joni terlalu cepat.

Saya me-nangkap kekecewaan di muka Mba’ Lina, meski Mba’ Lina berusaha tersenyum setelah permainan itu, tapi saya yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Joni. Dari hasil pengintaian sayakemarin, hal itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan saya bisa menyetubuhi Mba’ Lina dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu saya juga akan menanam benih di rahim Mba’ Lina, Itulah tekadku.

Dari kejadian itu saya-pun mulai menyusun rencana. Kebetulan Mas Joni itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mba’ Lina. Apalagi saya punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Totok.Siang ini saya menjumpai Totok di kantornya,

“ Hai Rom, apa kabar ? ”, tanya Totok sambil menjabat tanganku.

“ Baik nih Tok ”, jawabku sambil ter-senyum.

“ Oh iya, duduk dulu deh Rom, biar enak kita ngobrolnya ”, ucap Totok mempersilahkanku.

Setelah saya duduk di kursi kantornya yang empuk itu, saya mulai mengajukan permintaan,

“ Tok, saya butuh bantuanmu ”, ucap saya.

“ Oh, itu semua bisa diatur, emang bantuan apa ni Rom ? ”, tanya Totok.

“ Aku butuh pekerjaan nih Tok ”, ucapku.

“ Ouh kerjaan, itu gampang Rom, memangnya kamu ingin diposisi apa dan minta gaji berapa ??? ”, tanya Totok.

“ Bukan buwat aku maksudnya Tok, tapi ini untuk orang lain ”, terang saya.

“ Hmmm… memangnya untuk siapa ? ”, tanya Totok.

“ Untuk temanku, Mas Joni namanya Tok, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya ”, terang saya.

“ Aneh...tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa ”, jawabnya.

“ Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, dan kamu wawancarnya kalau bisa diulang sampai beberapa kali gitu Tok ”, terangku pada Totok.

“ Oke deh Rom, kalau itu semua kemauan kamu ”, jawab Totok menuruti saya.

“ Tapi... nanti jadwal wawancara-nya saya yang tentuin ya Tok, hhe… Gimana, bisakan Tok ??? ”, pintaku lagi pada Totok.

“ Ah, kamu ini ada-ada aja deh Rom, yaudah deh terserah kamu aja deh Rom ”, ucap Totok mengiyakan kemauan saya.

Maka saat itu mulailah saya menyusun jadwal interview Mas Joni, mulai lusa, hari rabu sampai jumat dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.Totok menyetujuinya, kemudian saya permisi pulang. Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mba’ Lina itu. Sesampainya di kos-kosanku, saya langsung bertemu dengan Mas Joni di tempat cuci,tampak Mas Joni sedang menyuci bajunya.

“ Mas... saya ingin bicara sebentar ”, ucapku mulai membuka percakapan.

Saat itu Mas Joni-pun menoleh dan menghentikan pekerjaannya,

“ Ada apa Rom ??? ”, tanya Mas Joni.

“ Begini nih Mas, saya dengar Mas Joni mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dia-nya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang ”, ucapku panjang lebar menjelaskan.

Saat itu saya sedikit berdebar-debar karena menunggu tanggapan Mas Joni. Setelah beberapa saat Mas Joni kulihat terdiam, merenung, lalu

“ Hmmm... saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya Rom ”,ucap Mas Joni.

“ Ya Mas sama-sama… ”, ucapku dengan senyuman.

Saat itu dalam hatiku, saya berpikir habislah sudah kesempatanku, tapi setelah di dalam kamar, sekitar 1 jam kemudian saya yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Saya lalu bangun, mengucek-ngucek mata saya, melihat dari jendela. Tampak Mas Joni berdiri menunggu. Saya-pun cepat-cepat membuka pintu.

“ Wah... sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja deh ”,ucap mas Mas Joni akan pergi lagi.

“ Enggak kog Mas, saya sudah bangun nih ”, ucapku berusaha mencegah Mas Joni pergi.

“ Gangguin tidur kamu nggak ? ”, tanya Mas Joni.

“ Ndak... masuk saja Mas ”, ucapku mempersilahkan.

Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku, lalu…

“ Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ? ”, tanya Mas Joni.

“ Ooo...itu di Kaliurang km 10 nomor 17, nama perusahaannya PT. A, nggak jauh kok Mas ”, terangku.

“ Syaratnya apa aja ya Rom kira-kira ? ”, tanya Mas Joni.

“ Saya kurang tau juga tuh, Mas Joni pergi saja ke sana. temui teman saya, Totok, katakan Mas butuh pekerjaan ”, tahunya dari Rony.

“ Wah...kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja… ”, Mas Joni sepertinya keberatan.

“ Enggak... nggak... kog, perusahaan-nya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu ”, ucapku meyakinkan Mas Joni.

“ Hmmm...baiklah, saya coba dulu deh Rom, jam berapa ya ke sana ? ”, ucap Mas Joni.

“ Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja Mas ”, ucapku menyarankan.

Mas Joni hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadsaya. Saya hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai. Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Joni pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.Saya menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,

“ Assalamualaikum ”, saya memberi salam.

Waalaikumussalam, terdengar jawaban Mas Joni dari dalam kamarnya.Lama baru pintu dibuka, dan Mas Joni mempersilahkanku untuk masuk. Kulihat di dalam kamarnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padsaya. Mba’ Lina tampak cantik sekali.

“ Bagaimana Mas, tadi ? ”, tanya saya.

“ Oh...nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk interview Rom ”, ucap mas Joni.

“ Alhamdulillah, saya doakan supaya keterima ya Mas ”, ucapku berbasa-basi.

“ Terima kasih ya Rom ”, ucapnya.

Setelah berbasa - basi cukup lama, sayapun permisi,

“ Eehh...nanti dulu, kamu khan belum minum ”,ucap Mas Joni berusaha mencegahku.

“ Ayo Mah buatkan air minumnya dong ”, perintah Mas Joni me-nyuruh istrinya.

Saya menolak dengan halus,

“ Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja kog, soalnya saya ada urusan ”, ucapku berpura-pura.

“ Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya ”, ucap Mas Joni.

Saya tersenyum mengangguk, kulihat Mba’ Lina tidak jadi membuat minuman. Sayapun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi adikku akan bersarang dan menemukanpasangannya.

Hari ini rabu, Mas Joni sudah berangkat dan meninggalkan Mba’ Lina sendirian dikamarnya. Rencana mulai kulaksanakan. Saya membongkar beberapa koleksi kaset pornoku, memilih salah satunya yang saya anggap paling bagus, kaset porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.Kemudian sambil membawa bungkusan Kaset itu, saya menuju ke kamar tetanggsaya, mengetuk pintu,

“ Assalamualaikum, saya mem-beri salam. Lama baru terdengar jawaban,

“ Waalaikumsalam ”, sahut Mba’ Lina dari dalam kamar itu.

Tidak kama pintunya-pun terbuka, kulihat Mba’ Lina melongokkan kepalanya yang berjilbab itudari celah pintu,

“ Ada apa ya ? ”, tanya-nya.

“ Ini ada hadiah dari saya, saya mau membeLinan kemarin tetapi lupa ucapku sambil menunjukkan bungkusan Kaset itu ”, ucapku.

“ Oh, baiklah ”, ucap Mba’ Lina sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.

“ Eee...tunggu dulu Mba’, ini isinya Kaset, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Joni ”, ucapku mengarang alasan.


Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mba’ Lina mempersilahkanku untuk masuk, saya yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer. Di dalam kamar, saya menghidupkan komputer dan mengoperasikan program dvd playernya, lalu kumasukkan kaset-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Kaset itu berjalan bagus.

“ Mba’ pingin nonton ? ”, tanya saya sambil melihat Mba’ Lina yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.

“ Film apa sih ? ”, tanya Mba’ Lina kepada saya.

Pokoknya bagus deh Mba’ filnya ”, ucapku.

Kemudian membeLinan pe-tunjuk bagi Mba’ Lina , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya. Mba’ Lina hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian intinya. Pintu kamar tetangga saya itu-pun kembali ditutup, saya bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilsayakan Mba’ Lina.

Setelah di kamarku. melalui Fentilasi kulihat Mba’ Lina menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas saya menantikan reaksinya. Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mba’ Lina masih tetap menonton. Saya senang berarti Mba’ Lina menyukainya.

Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari saya harapkan, tangan Mba’ Lina saat itu mulai masuk ke dalam dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.

“ Ssssss... Oughhhh... Aghhhhh… ”, desahnya mulai terdengar.

Suara Mba’ Lina mendesah-desah , tampaknya merasakankenikmatan.Saya kaget, Wah, hebat ternyata ber-masturbasi ucapku dalam hati. Rasanya saat itu saya ingin segera masuk ke kamar Mba’ Lina, kemudian memeluk dan langsung menyetubuhinya. Saat itu masih hanya angan-angan, tapi saya sadar, ini perlu proses dan hal ini tidak semudah seperti yang saya katakan tadi.

Akhirnya saya memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Sayapun mulai melsayakan onani dengan memain-mainkan kejantananku. Film di komputer itu terus berjalan, kira-kira hampir 1jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mba’ Lina kulihat sudah empat kali klimaks, luar biasa.

Dan ketika filmnya berakhir, Mba’ Lina ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi klimaksnya menjadi lima kali.

“ Aghhhhhh... ”, Mba’ Lina terpekik pelan menandai klimaksnya.

Sesaat setelah klimaks Mba’ Lina yang kelima saya-pun ejakulasi.

“ Oughhhhh... ”, suara berat-ku mengiringi luapan air mani di tanganku.

Saya senang sekali, berarti saya lebih tangguh dari Mas Joni dan bisa memuaskan Mba’ Lina nantinya karena bisa klimaks dan ejakulasi bersamaan.Kemudian Mba’ Lina sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Kasetnya dan mematikan komputer. Setelah siang hari, Mas Joni baru pulang. Sedikit berdebar-debar saya menunggu perkembangan di kamar tetangga saya itu.

Saya takut kalau-kalau Mba’ Lina ngomong macam- macam soal Kaset itu, bisa berabe saya. Tetapi kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali saya mengintip lewat Fentilasi, apa yang terjadi di sebelah. Begitu saya mulai mengintip, saya kaget ! Karena kulihat Mba’ Lina dalam keadaan hampir bugil. Saat itu Mba’ Lina hanya memakai CD (celana dalam) dihimpit oleh Mas Joni.

Lalu mereka-pun mulai bersetubuh. Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mba’ Lina kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai klimaks. Bahkan saya melihat Mba’ Lina seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika buah dadanya diremas. Bagaimanapun saya senang, langkah kedua saya berhasil.

Hal itu membuat Mba’ Lina tidak bisalagi mencapai klimaks dengan Mas Joni. Prediksiku, Mba’ Lina akan sangat tergantung pada Kaset itu untuk kepuasan klimaksnya, sedangkan cara menghidupkan Kaset itu hanya saya yang tahu, disinilah kesempatanku. Hari Kamis, pukul 09.00 pagi, saya bangun dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya.

Kebetulan saat itu hari cuti bersama diperusahaan saya, pas sekalikan para pembaca. Hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin saya telah mengintip Mba’ Lina dan Mas Joni seharian, mereka kemarin ber-setubuh hanya 2 kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku, Mba’ Lina tidak bisa klimaks.
Malam kemarin saya juga sudah bersiap-siap dengan minum segelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas spermsaya.

Pada pagi hari itu, setelah saya mandi, saya berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti saya melangkah ke tetangga sebelahku, Mba’ Lina yang sedang sendirian. Kembali saya mengetuk pintu kamarnya pelan,

“ Selamat pagi Mba’ ”, ucapku msembari mengetuk pintu Mba’ Lina.

“ Iya, siapa yah ”, suara lembut Mba’ Lina menyahut dari dalam kamar.

Mba’ Lina-pun membuka pintu, kali ini dia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang se'dikit terbuka. Saat itu dia memakai jilbab biru dengan motif renda, terlihat sangat manis sekali,

“ Oh kamu Rom, kenapa lagi Rom kamu kesini ??? ”, tanya Mba’Lina.

“ Gini Mba’, saya kemarin lupa memberitahukan cara mengelurkan kaset yang kemarin Mba’ ”, ucapku sambil tersenyum.

Tiba-tiba raut muka Mba’ Lina menjadi sangat serius,dan berkata

“ Kamu bener-bener kurang ajar ya Rom, masa kamu muterin Kaset porno pada Mba’ ”, kata Mba’ Lina sedikit keras.

Saat itu saya terkaget, ternyata dia mara. Lalu saat itu juga saya cepat mengarang alasan,

“ Wah… maaf Mba’, kaset itu adalah hadiah dari teman saya Mba’, setahu saya isi kaset itu adalah film humor, maafin saya ya Mba’, kasetnya tertukar, yaudah saya ambil lagi ya Mba’ kasetnya, seklai lagi maafkan saya ya Mba’ ”, ucapku.


Saat itu Mba’ Lina tidak menjawab, lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Saat itu dia tampak kecewa, saya senang berarti dia takut kehilangan Kaset itu. Lalu saya-pun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka. Mba’ Lina kaget, melihatku mengikuti langkahnya,

“ Eeeh... kamu kok ikut masuk juga ??? ”, ucap Mba’ Lina.

Saat itu sambil menutup pintu kamar Mba’ Lina, dengan tenang saya menjawab,

“ Ahhh... Mba’ jangan munafiklah, toh Mba’ juga menyukai kaset porno itu, saya lihat Mba’ sampai masturbasi segala ”, ucapku dengan tegas.

“ Kurang ajar kamu ya Rom, keluar nggak kamu !!! Kalau tidak saya akan berteriak ”, gertak Mba’ Lina.

“ Mba’ jangan marah dulu, coba Mba’ pikirkan lagi, sejak menonton Kaset itu, Mba’ tidak bisa lagi klimaks dengan Mas Joni khan ”, ucapku sembari merebut kaset itu dan mematahkannya. Seketika itu Mba’ Lina terkejut,

“ Ka… kamu... ”.

Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, saya memotongnya,

“ Saya bersedia membeLinan kepuasan kepada Mba’ Lina, saya jamin Mba’ Lina bisa klimaks bila main dengan saya ”, rayuku.

“ Kurang ajar, Keluar kamu !!! ”, gertaknya lagi.

“ Oh tidak bisa, tidak segampang itu Mba’ mengusir saya, ayolah Mba’ Lina jangan marah !!! pikirkan dulu, saya satu-satunya kesempatan, bila Mba’ Lina tidak memakai saya, seumur-umur Mba’ Lina nggak akan pernah mencapai klimaks lagi ”, ucap saya terus menghasutnya.

Saat itu Mba’ Lina terdiam sebentar, saya senang dan berpikir dia mulai termakan rayuanku, namun,

“ sekali tidak ya tidak, kamu ngerti nggks sih ??? keluar kamu !!!! ucap Mba’ Lina membentak saya lagi.

Sebenarnya saat itu saya mulai takut dan gemetar, tapi saat itu sudah terlanjur basah, maka saya terus berusaha untuk merayu Mba’Lina dan berkata,

“ Sebaiknya Mba’ pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mba’, saya satu-satunya kesempatan Mba’, kalau Mba’ tidak mengambil kesempatan ini, Mba’ akan menyesal seumur hidup… ”, ucapku sedikit tegas.

Lama kulihat Mba’ Lina terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Saya pura-pura mengalah,

“ Ya udahlah, jika Mba’ tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mba’ ”, ucapku sambil beranjak pergi.

Tetapi kulihat Mba’ Lina hanya diam terduduk di ranjangnya, saya membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan saya mendekati Mba’ Lina, kulihat dia menangis,

“ Mba’, jangan menangis gitu dong, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mba’, ucapku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku.

Lalu pelan-pelan kupegang pundak Mba’ Lina dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ternyata Mba’ Lina hanya menurut saja, saya senang seklai saat itu, ternyata rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.Kemudian saya mulai membuka resleting celana panjangnya, saat itu dia tampaknya inign menolak, namun saat itu saya dengan santai menepis tangannya.

Saya-pun melanjutkan aksi saya dengan memasukkan tanganku ke dalam celana Mba’ Lina. Tanganku masuk kedalam CD (celana dalam)nya, lalu langsung jariku menuju ke tengah lubang birahinya. Saya sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubangitu berkali-kali.

“ Aghhhhh... Ssss… Aghhhhhhh ”,desahan Mba’ Lina mengiringi setiap aksi jemariku.

Saya ingin membuatnya terang-sang dan mencapai klimaks. Lalu dengan cepat kutarikcelana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, saya langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mba’ Lina dengan merata. Sayapun mengincar klitoris Mba’ Lina yang tersembul ke luar dari bagian atas liang senggama-nya.

Tanpa buang waktu saya langsung mengkulum klitoris itu di dalam mulutku,

“ Eummm... sruppp… eummmm... sruppp… sruppp ”, suara lidahku menari-nari di di klitoris-nya, ssembari sesekali kugigit pelan-pelan klitoris Mba’Lina.

“ Aghhhh... Oughhhhh... Sssssss… Rom… Aghhhhhh ”, desah Mba’ Lina mulai terdengar.

Saat itu tanganku semakin kupercepat menusuk liang senggama Mba’ Lina dan lidahku makin menggila menari-nari di atas klitorisnya itu. Perlahan kubimbing Mba’ Lina mencapai puncaknya, hingga akhirnya...

“ Oughhhhhhhhhhhhhhh…. ”, terdengar pekikan pelan Mba’ Lina mengiringi klimaksnya.

Pada saat itu saya melihat jemari tanganku sudah basah, hal itu bukan karena liurku melainkan karena lendir kawin Mba’ Lina yang telah basah. Saya mencium kewanitaan itu, tercium bau khas cairan kewanitaan wanita yang klimaks. Saya tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mba’ Lina mencapai klimaksnya.
Tetapi saya tidak berhenti sampai di situ saja.

Setelah memelankan permainan jariku di liang senggama-nya, kini permainan jari saya-pun kembali kupercepat. Terdengar desahan Mba’ Lina,

“ Aghhhh... Oughhhh... yeaah... ”, Mba’ Lina mulai meracau.

Sementara tangan kiriku beroperasi di kewanitaan Mba’ Lina, tangan kananku mulai meremas blus Mba’ Lina, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah buah dada Mba’ Lina yang indah membukit.Kemudian saya menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas buah dada Mba’ Lina bergantian,

“ Slurrpp... slrrrrpp... .slluuurpp ”, suara hisapan saya pada puting Mba’ Lina.

Dan sat itu-pun desahan Mba’ Lina mulai terdengar di telinga saya,

“ Ughhhh… Aghhhh... terus... Rom… terusin... Sssss… ”, ucapnya.

Saat itu dengan tangan kiriku tetap beraksi di kewanitaan Mba’ Lina. Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mba’ Lina yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mba’ Lina sedikit kaget,

“ Oughhhh... eummm... slurpppp ”,


Saat itu Mba’ Lina tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, dan lidahnya kini-pun bertemu dengan lidahku yang mulai menari-nari didalam mulutnya. Saat itu saya memang berusaha membimbing Mba’ Lina agar klimaks untuk kedua kalinya. Agar di saat klimaksnya itu saya bisa memasukankejantananku, mempenetrasi kewanitaannya.

Karena saya sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran kejantananku lebih besar dari punya Mas Joni yang biasa masuk.Sambil mencium dan merang-sang liang senggama Mba’ Lina, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan boxer, lalu melemparkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus - elus Torpedoku yang terasa mulai mengeras.

Setelah sekian lama, pada akhirnya Mba’ Lina mencapai klimaksnya untuk yang kedua kali,

“ Oughhhhh... Ssssssssssssssss…. Enak Rom… Aghhhhhhh ”, desah Mba’ Lina.

Mba’ Lina mengerang, tetapi belum selesai erangannya, saya langsung menusukkan kejantananku pelan-pelan ke dalam kewanitaannya.

“ Ughhhh… Ssss… Aghhhhh…”, suara Mba’ Lina terpekik.

Saat itu diiringi dengan atanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, saya tersenyum.Sayapun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mba’ Lina dengan kedua tanganku, lalu kulsayakan penetrasi Torpedoku pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin cepat.

“ Clepppp… Slerppp... Pyekkk… Pyekkk… Pyekkk… ”, suara kewanitaan yang mulai basah karena kejantananku mulai terdengar.

Lalu Mba’ Linapun berkata,

“ Oughhhhh... yeaaah... terus Rom, Oughhh… Sssss… Aghhhh… ”, racau Mba’ Lina mulai tidak terkendali.

Saat itu sayapun semakin mempercepat genjotan, kini kedua kakinya saya sandarkan di pundakku, dengan posisi pinggul Mba’ Lina sedikit kuangkat lalu saya-pun terus mendorong pinggulku berulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mba’ Lina yang indah, sambil menggenjot saya membelai rambut hitam itu.

“ Oughhhh... Oughhhhh... Ssss… aghhhh… ”, desah kami saling beriringan.

Suara desahanku dan Mba’ Lina terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah.Setelah lama, saya mengubah posisi Mba’ Lina, badannya kutarik sehingga kini diaada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara kejantananku dan kewanitaannya masih menyatu. Tanganku memegang pinggul Mba’ Lina, membantunya badannya untuk naik turun.

Kepala saya kini dihadapkan pada dua buah dada montok yang segar dan berayun-ayun akibat gerakan kami berdua. Saat itu saya-pun langsung membenamkan kepala saya ke dalam kedua buah dada itu, menjilatnya dan menciumnya be-gantian.Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama... .

“ Ughhhh… Ssss… Oughhhhh... ”, desah Mba’’ Lina.

Desahan panjang Mba’ Lina itu pertanda bahwa Mba’ Lina telah klimaks, saat itu kepalanya mendongak menatap langit-langit kamarnya saat. Saya senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, saya lalu mencium mesra bibir Mba’ Lina dan Mba’ Lina juga menyambut ciumanku.
Saat itu kami-pun saling berciuman dengan mesra, sungguh nikmatnya. Tidak lama saya-pun menghentikan ciumanku, saya kaget, Mba’ Lina ternyata menangis, lalu aku bertanya,

“ Kenapa Mba’ Lina ? saya menyakiti Mba’ ya ??? ”, tanya saya lembut penuh sesal.

Dengan masih terisak karena menangis, Mba’ Lina menjawab,

“ Nggak kog Rom, kamu justru telah membuat Mba’ bahagia, sebelumnya Mba’ belum pernah merasakan kebahagian seperti bersama suami Mba’”, ucapnya.

Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan saya baringkan Mba’ Lina. Perlahan saya mengencangkan penetrasiku kembali.Sambil meremas kedua payu-daranya, saya membolak-balikkan badan Mba’ Lina ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,

“ Aghhhh... Aghhhh... Aghhhh… ”, desahku.

“ Oughhhh... Oughhhhh... Ssss… aghhhh… ”, desah Mba’ Lina .

Sampai pada akhirnya saya mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan kejantananku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.Saya ingin melsayakannya ber-sama dengan Mba’ Lina. Untuk itu saya memeluk Mba’ Lina, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usahsaya berhasil karena perlahan Mba’ Lina kembali terang-sang, bahkan terlalu cepat.Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mba’ Lina,

“ Ughhhh…Tahan... tahan... Mba’, kita keluarkan bersama-sama ya Mba’, Ssss… Aghhhhh… ”, ucap saya menahan Mba’ Lina.

“ Oughhhh...Ssss... saya udah tidak tahan lagi Rom… Oughhhh…”, ucap Mba’ Lina, sembari mendesah.

Saat itu saya melihat matanya terpejam kuat menahan klimaksnya.

“ Pelan - pelan saja Mba’, kita lsayakan serentak ”, ucapku berbisik sembari kupelankan ayunan torpedoku.

Pada Akhirnya yang kuinginkan terjadi, urat-urat syarafku menegang, kejantananku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga saya mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.

“ Ouhhhh... Ssss... Aghhh… ”, Desah Mba’ Lina.

Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan kejantananku,

“ Lepaskan... lepaskan... Mba’, sekarang !!! suarsaya mengiringi desahan Mba’ Lina.

Sketika itu Mba’ Lina-pun menuruti saranku, diapun akhirnya melepaskan klimaksnya,

“ Ouhhhhhhhhhh... Ssss... Aghhhhh... … ”, desah Mba’ Lina.

suara berat menandakan ejakulasiku, mengiringi klimaks Mba’ Lina. Saat itu saya-pun memeluk erat ketika dia mendapatkan ejakulasi-nya. Setelah permainan sexs itu, masih dalam keadaan bugil saya terkapar di samping Mba’ Lina yang juga telanjang. Mba’ Lina memelukku dan mencium pipiku berkali-kali sembari membisikkan sesuatu ke telingsaya.

“ Makasih ya Rom, saya puas sekali dengan permainan sexsmu… ”, bisik Mba’ Lina puas kepada saya.

Saat itu Mba’ Lina saya lihat senang, kemudian dia memeluk tubuhku dengan erat, sembari menyandarkan kepalanya di atas dadsaya. Dalam hatiku saya merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Saya sedih dan menyesal melsayakan ini dengan Mba’ Lina, saya takut dia tidak akan pernah lagi mencapai klimaks selain dengan diriku, ini berarti saya menyengsarakan Mba’ Lina.

Previous
Next Post »